Monday, May 4, 2009

( 1 )

Hampir satu minggu aq ga menulis satupun karya. Mungkin terlalu sibuk dengan jalan2, blogwalking atau apalah namanya... terserah, q ga tau. Yg q tau bahwa setiap hari kepala q disusupi mimpi, yang ujung-ujungnya berakhir dengan uang.

Uang! Uang! Uang! Ah... Sialan!

Nita harus na kamu ga seperti itu. Kamu harus punya strategi... Kamu harus punya disiplin sendiri. Liat mereka yang berhasil... Jangan belajar dari mereka yang gagal. Jika gagal apa yang kamu lakukan, akan mundur. Belajar dengan yang telah berhasil, walaupun kamu gagal kamu tetap maju.

"IYA....!!!"

Q sudah tahu. Mereka semua tau. Sayangnya setiap mengetahuinya, menyusurinya lebih dalam, yang q rasakan hanyalah matahari yang setiap kali kulihat, aq tak sanggup. Mata q berbayang. Tubuh q rapuh.

Kenapa orang yang tak ada seperti Kami, harus pelan-pelan melangkah, satu per satu mengangkat kaki kami ke atas gunung yang tinggi menjulang, dab berharap tidak kehausan dan kehabisan nafas....



Thursday, April 30, 2009

Indonesia! Google, Yahoo, Facebook Versus Anita

Ya ampun, Why kamu menulis judul seperti itu Anita. Masak? aduh, ya ampun, kok, ah ga mungkin, ga mungkin.... Google??? Sama Anita? No...no.no..no...

Emang kamu siapa Anita? Kaya nggak, berduit nggak, beruang juga nggak (eh, beruang... sama nggak ya dengan kaya ???). Mau melawah facebook. Imposible, imposible!!! Yahoo aja yang sehebat itu, sebagian sudah kalah sama google, untung aja managemennya kuat.

Sadar Anita, sadar!

Nggak usahlah kita bicara mau ngalahin mereka, buat blog aja kamu baru belajar. Domain aja gratis, pake blogspot. "Versus?" berani bangeet. hihihi. Pake bawa-bawa nama Indonesia.

Hiiiks....hiiiks.

Hatiku menangis layu seperti rumput yang berdiri sendiri di tanah yang gersang.

(Begitulah salah satu alasan kenapa blog ini Anita buat....)

BUAT MALIKA HAMOUDI

By Acep Zamzam Noor
Translated (Indonesia-Inggris): Nikmah Sarjono
Versi Inggris: For Malika Hamoudi


BUAT MALIKA HAMOUDI

Kulihat jemarimu yang lentik, dan kusaksikan di langit
arakan awan mengirim senja yang lain
ke arah kita. Ada warna merah, warna biru yang pupus
bongkahan-bongkahan kelabu yang melayang jauh
dari jendela. Kulihat sungai Seine yang membelah kota
dengan jembatan-jembatan yang penuh ukiran
seperti rambut ikalmu. Lalu dari puncak apartemen tinggi
Kita berloncatan, meliuk-liuk dan berteriak di udara:
senja pecah menjadi ribuan isyarat sunyi
yang mungkin bisaditerjemahkan sebagai hasrat
atau niat untuk bunuh diri

Masih kuingat tarian perutmu, dan kubayangkan sosokmu
yang ramping, rautmu yang runcing, dengan alis Aljazairmu
yang menikam seorang penyair. Di gerbong kereta api
di sepanjang terowongan yang menembus tubuh tua kota ini
ada yang menggelepar karena kehilangan kata-kata
Ketika sunyi menyediakan sebuah beranda merah muda
yang bernama kebisuan. Lalu apakah arti percakapan kita
Dari halte ke halte, menyusuri jalan-jalan yang berliku
keluar masuk restoran, museum atau toko buku
sedang yang kutemukan selalu bukan ruang? Demikianlah
aku mengerti gerak liar sang takdir, hukum awal dan akhir
penghianatan yang kemudian menjadi monumen terkenal
seperti Bastille yang ramai dikunjungi orang

Di bawah cahaya lampu merkuri, di antara tiang-tiang marmar
kita merasa lebih tua dari usia bumi yang sebenarnya
Rautmu yang runcing, tatapanmu yang tajam dan berkilat
seperti ingin membunuhku. Tapi ajal telah beranjak ke timur
ke lereng-lereng perbukitan, ke Montmartre yang murung
Kini tanganku menyentuh dagumu pelan dan tiba-tiba kurasakan
sebuah ketajaman yang lain lagi:
mengapa kecantikan yang luar biasa selalu menghunuskan
pisau? Seperti senja yang menancapkan satu jawaban
yang mungkin bias kuucapkan lagi padamu
tak mungkin bisa kutuliskan di atas pakaian dalammu.

***
Acep Zamzam Noor lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 Februari 1960. Lulus dari Fakultas seni, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan melanjutkan di Univesitas per Stranieri Italia, Perugia, Italia. Puisi nya telah diterbitkan di berbagai koran dan majalah di Indonesia dan Malaysia. Kumpulan Puisinya yang telah terbit, yaitu: Tamparlah Mukaku (1982); Aku Kini Doa (1986), Kasidah Sunyi (1989); Dari Kota Hujan (1996); Di Luar Kata (1997); Di Atas Umbria (1999), Menjadi Penyair Lagi ( 2007).

Puisinya juga termasuk dalam antologi bersama, diantaranya: Antologi Pesta Sastra Indonesia (1987), Tonggak 4 (1987); Ketika Kata Ketika Warna (1995), Angkatan 2000 (2000); dan Poetry and Sincerity (2006).



Every Time

Author: Amanda L. Garver
Translated: Anita Baiq
Versi Inggris: Every Time


SETIAP WAKTU

Setiap kali aku melihatmu,
Aku inginkan engkau lagi dan lagi
Setiap kali kau berkata, "Hai" padaku,
hatiku bergejolak.
Setiap kali kau menyentuhku
Aku mencubit diri untuk melihat apakah aku terjaga
Setiap kali engkau melihat kedalaman mataku
itu adalah hatiku yang mulai kau ambil
Setiap kali aku melihatmu tersenyum
Aku berharap itu adalah untukku
Setiap kali aku mendengar suaramu
Aku menyesal kenapa 'kita' tak pernah bisa bersama ...


I Don't Expect You Soon to Love Me

by: Nicholas Gordon
Translated: Anita Baiq
Versi Inggris: I Don't Expect You Soon to Love Me


Aku Tak Berharap Engkau Segera Mencintaiku

Aku tak berharap engkau segera mencintaiku
Yang jelas perasaanku sendiri tidak
Gairah adalah jalan yang terlalu banyak hiasan
Untuk dunia yang kita idamkan dan kita takuti

Kita tidak tahu di mana ini akan membawa kita
Apakah kita akan pergi untuk waktu yang lama
Tapi kenikmatan adalah musik pengantar
Yang mengalir ke dalam lagu yang lebih luas.

Jadi datanglah padaku dengan membuka hati dan pikiran
dan waktu kita akan membuktikan
Dengan gelak tawa dan dengan suka cita yang membelenggu
Dan mungkin suatu hari dengan cinta....