Thursday, April 30, 2009

BUAT MALIKA HAMOUDI

By Acep Zamzam Noor
Translated (Indonesia-Inggris): Nikmah Sarjono
Versi Inggris: For Malika Hamoudi


BUAT MALIKA HAMOUDI

Kulihat jemarimu yang lentik, dan kusaksikan di langit
arakan awan mengirim senja yang lain
ke arah kita. Ada warna merah, warna biru yang pupus
bongkahan-bongkahan kelabu yang melayang jauh
dari jendela. Kulihat sungai Seine yang membelah kota
dengan jembatan-jembatan yang penuh ukiran
seperti rambut ikalmu. Lalu dari puncak apartemen tinggi
Kita berloncatan, meliuk-liuk dan berteriak di udara:
senja pecah menjadi ribuan isyarat sunyi
yang mungkin bisaditerjemahkan sebagai hasrat
atau niat untuk bunuh diri

Masih kuingat tarian perutmu, dan kubayangkan sosokmu
yang ramping, rautmu yang runcing, dengan alis Aljazairmu
yang menikam seorang penyair. Di gerbong kereta api
di sepanjang terowongan yang menembus tubuh tua kota ini
ada yang menggelepar karena kehilangan kata-kata
Ketika sunyi menyediakan sebuah beranda merah muda
yang bernama kebisuan. Lalu apakah arti percakapan kita
Dari halte ke halte, menyusuri jalan-jalan yang berliku
keluar masuk restoran, museum atau toko buku
sedang yang kutemukan selalu bukan ruang? Demikianlah
aku mengerti gerak liar sang takdir, hukum awal dan akhir
penghianatan yang kemudian menjadi monumen terkenal
seperti Bastille yang ramai dikunjungi orang

Di bawah cahaya lampu merkuri, di antara tiang-tiang marmar
kita merasa lebih tua dari usia bumi yang sebenarnya
Rautmu yang runcing, tatapanmu yang tajam dan berkilat
seperti ingin membunuhku. Tapi ajal telah beranjak ke timur
ke lereng-lereng perbukitan, ke Montmartre yang murung
Kini tanganku menyentuh dagumu pelan dan tiba-tiba kurasakan
sebuah ketajaman yang lain lagi:
mengapa kecantikan yang luar biasa selalu menghunuskan
pisau? Seperti senja yang menancapkan satu jawaban
yang mungkin bias kuucapkan lagi padamu
tak mungkin bisa kutuliskan di atas pakaian dalammu.

***
Acep Zamzam Noor lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 Februari 1960. Lulus dari Fakultas seni, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan melanjutkan di Univesitas per Stranieri Italia, Perugia, Italia. Puisi nya telah diterbitkan di berbagai koran dan majalah di Indonesia dan Malaysia. Kumpulan Puisinya yang telah terbit, yaitu: Tamparlah Mukaku (1982); Aku Kini Doa (1986), Kasidah Sunyi (1989); Dari Kota Hujan (1996); Di Luar Kata (1997); Di Atas Umbria (1999), Menjadi Penyair Lagi ( 2007).

Puisinya juga termasuk dalam antologi bersama, diantaranya: Antologi Pesta Sastra Indonesia (1987), Tonggak 4 (1987); Ketika Kata Ketika Warna (1995), Angkatan 2000 (2000); dan Poetry and Sincerity (2006).



No comments:

Post a Comment